Isaac Newton dalam bukunya yang sangat terkenal, Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica (atau dikenal juga dengan Principia), menyatakan 3 butir hukum fisika yang sekarang disebut sebagai Hukum Gerak Newton. Hukum Gerak Newton adalah basis utama mekanika klasik. Butir pertama dari 3 butir Hukum Newton ini adalah butir yang sangat penting karena menjadi kerangka referensi bagi 2 butir hukum berikutnya. Butir pertama itu berbunyi kira-kira seperti berikut : “Setiap benda akan tetap dalam keadaannya semula, tetap diam atau tetap bergerak dengan kecepatan tetap, kecuali ada gaya luar yang mengubahnya”. Butir pertama dari Hukum Gerak Newton ini yang sering disebut sebagai Hukum Inersia/Kelembaman.

Para filosof dan Ilmuwan sebelum Newton sebenarnya sudah menyadari tentang fenomena inersia ini. Tercatat Galileo, dan 2 ilmuwan muslim: Ibn al-haytam dan Ibnu Sina, pernah membahas dan mencetuskan kajian mengenai ini secara terpisah. Hanya saja, Newton-lah yang merangkaikannya dengan persamaan-persamaan matematika dan percobaan-percobaan yang mampu menjelaskan bagaimana benda-benda di alam semesta ini bergerak.

Apa pula maksudnya Hukum Inersia ini?

Jika kita punya sebuah bola yang disimpan dalam keadaan diam diatas lantai yang datar, bola tersebut akan tetap dalam keadaan diam, kecuali jika kita mendorong atau menarik bola tersebut. Sebaliknya, jika bola itu dilemparkan, bola tersebut akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap jika tak ada gesekan dengan lantai atau dihentikan dengan sengaja.

Contoh fenomena lain, jika kita sedang berada dalam sebuah kendaraan, mobil misalkan. Jika mobil tersebut pada awalnya diam, kemudian tiba-tiba digas dengan kencang, maka tubuh kita akan terdorong ke belakang, seolah-olah seperti tidak mau maju. Begitupun sebaliknya, jika mobil yang kita tumpangi sedang berjalan, kemudian di-rem secara tiba-tiba maka tubuh kita akan terlempar ke depan, karena tubuh kita sesungguhnya masih dalam posisi bergerak.

Jika kita perhatikan, Hukum Inersia ini dapat kita lihat pula fenomenanya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Orang yang berada dalam keadaan ‘diam’ akan cenderung tak bergerak dalam kehidupannya. ‘Diam’ disini bisa bermakna malas, lesu, lemah, atau berpangku tangan. Segala bentuk ketidakberdayaan dan ketidakinginan itulah ‘diam’. Orang-orang yang tak memiliki semangat hidup itu seringkali akan semakin terpuruk dalam hidupnya, bukannya bangkit dan hidup.

Ini bukan soal kaya dan miskin dalam kaca mata materialisme yang mendewakan kekayaan. Ada yang indah dari Islam dalam memandang tentang kehidupan: ia sangat memperhatikan proses yang kita lakukan. Allah akan menilai manusia dari usaha yang ia lakukan, bukan dari hasil yang ia capai. Karena hasil, adalah domain Allah. Karena hasil di dunia, sesungguhnya bukan akhir perjalanan manusia yang ideal menurut Allah, ia hanyalah ujian dan muntholaq, titik tolak bagi perjalanan hidupnya. Prinsipnya bagi manusia jelas: Ikhtiar maksimal, doa optimal, hasilnya tawakkal alallah. Boleh jadi apa yang kita sangka baik itu sesungguhnya buruk bagi kita, sebaliknya boleh jadi hal yang kita nilai buruk sesungguhnya baik bagi kita.

Memulai bergerak dari posisi diam memang berat. kalau anda pernah mendorong mobil yang sedang mogok, pasti berat pada awalnya. Tapi perhatikan, semakin kita dorong, mobil akan melaju perlahan-lahan lalu pada akhirnya melaju dengan cukup kencang sehingga kita cukup mendorong dengan ringan saja. Mobil mogok yang telah berjalan itu telah mendapatkan momentum.

Maka, jika kita dalam keadaan ‘diam’, bergeraklah! Walaupun hanya sedikit. Paksakanlah diri kita untuk bergerak. telan pil pahit untuk menyembuhkan. Dorong jiwa kita dari mogoknya. Jangan menyerah oleh keadaan. Jika menabrak tembok, beloklah sedikit lalu lewati dan terus maju kedepan. Yakinlah jalan di depan kita akan lebih lempang, lebih mudah untuk kita lalui. Bukankah soal-soal SD yang dulu sulit kita kerjakan, sekarang saat kuliah bisa kita kerjakan dengan mudah? Bukankah dulu kita tak bisa berjalan, tak bisa bicara, tak bisa menulis, tak bisa melompat? Coba lihat sekarang!

Rasulullah saw pernah menyebut bahwa orang yang tidur itu diikat oleh syetan dengan 3 ikatan supaya ia sulit untuk bangun malam. Cara untuk melepaskan ikatannya adalah dengan 3 hal pula : segera bangun dan berdoa untuk melepas ikatan pertama, kemudian berwudhu agar terlepas ikatan kedua, dan terakhir berdirilah untuk qiyamul lail.

Janji Allah sangat nyata, bahkan diulang dua kali dalam surat Alam Nasyrah : “Innama al-‘usri yusraa. fa innama al’usri yusraa”. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Sungguh, setelah kesulitan itu ada kemudahan.

mari kita perhatikan syair indah dari Imam Syafii rahimahullah :

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah….. kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

Berlelah-lelahlah…..manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa

Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam

Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Biji emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika didalam hutan

maka, BERGERAKLAH!