Alkisah ada seorang makhluk kerdil berwarna kulit hijau berbelanja ke supermarket. Ia membeli sesuatu dari supermarket itu. Hanya satu saja barang yang dibelinya. Barang tersebut dibungkus oleh sebuah kotak besar, kemudian dibungkus lagi menggunakan kertas kado yang berlapis. Sesampainya di rumah ia pun membuka barang tersebut, dimulai dari kertas pembungkus kadonya. Kertas pembungkus kado dan dusnya kemudian ia campakkan begitu saja setelah membuka isinya.

Cerita yang biasa saja? Tunggu dulu, ini belum berakhir. yang menarik, setelah adegan makhluk kerdil itu selesai, seluruh adegannya kemudian diulang dan ditambah framenya secara bertahap. Pertama hanya ada 1 makhluk kerdil, lalu ada 2, selanjutnya ada 3, dan terus berlipat ganda hingga ratusan dan memenuhi seluruh layar televisi. Akhir ceritanya kemudian menggambarkan si makhluk kerdil ini kebingungan karena sampah dari pembungkus barang tadi yang “hanya” sedikit, tapi jika dikumpulkan dari ratusan makhluk kerdil yang membeli barang dengan pembungkus yang sama, ternyata jadi GUNUNG SAMPAH.

Cerita di atas adalah sebuah iklan. Anda yang sudah lahir pertengahan 80an mungkin pernah melihat iklan ini karena sering ditayangkan secara berulang. Iklan ini memang tujuannya melakukan advokasi mengenai global warming, khususnya penanganan sampah.

Ada cerita yang lain, suatu ketika Rasulullah saw sedang berjalan bersama para sahabatnya. Kemudian beliau tiba-tiba memberhentikan rombongannya dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencari tulang-tulang kering. Para sahabat walaupun bingung dengan perintah tersebut kemudian beranjak melaksanakannya. Setelah beberapa saat, ada sahabat yang membawa tulang segenggam, ada yang membawa dua genggam, ada yang hanya mendapat satu potong kecil. Akan tetapi setelah dikumpulkan, ternyata kumpulan tulang-tulang itu mampu membentuk gundukan yang cukup besar. Rasulullah saw kemudian bersabda kepada para sahabatnya, tulang-tulang kecil itu bagaikan dosa-dosa kalian, walaupun kecil-kecil tapi jika kita melakukannya terus-menerus dan tanpa bertaubat maka dosa-dosa itu akan bertumpuk dan menggunung. Bahkan dosa-dosa yang dilakukan terus-menerus akan mengeraskan hati kita sehingga lama-lama ia takkan mau menerima nasihat dan petunjuk ilahi lagi.

Itulah penyakit menunda, atau dalam istilah kerennya, procrastination.

Kita memiliki impian, cita-cita, atau angan. Akan tetapi yang membedakan angan-angan kosong dengan cita-cita yang penuh harapan adalah kerja. Nah, kerja inilah yang sering diganggu oleh kemalasan diri kita sendiri sehingga sering muncul kata-kata: ah nanti saja, besok juga bisa, ini kan mudah, sekarang lagi sibuk, dan berbagai macam alasan penundaan lain.

Padahal seperti yang diilustrasikan di 2 cerita di atas, penundaan itu sangat berbahaya dampaknya, karena seperti disebut seorang pembaharu: “Al-wajibatu aktsaru minal auqaat“. Kewajiban kita jauh lebih banyak dibanding waktu yang kita punya. Setiap penundaan yang kita lakukan, akan berdampak pada apa yang kita lakukan besok hari. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Abdullah ibn Umar ketika menafsirkan perkataan Rasulullah saw: jadilah engkau hidup di dunia seperti seorang musafir, menyebutkan, “Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.” Maka kerjakanlah apa yang bisa engkau kerjakan hari ini, sebelum kewajiban-kewajiban itu menjadi gunung yang menambah beban pundak kita.

Tentu saja, walaupun begitu, kita manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan sesuatu. Tangan kita hanya 2, otak kita pun tidak didesain untuk multitasking secara sempurna. Maka disini perlu ada fiqh aulawiyat (pemahaman tentang prioritas), mana yang kita kerjakan lebih dahulu dan mana yang kita kerjakan belakangan. Setelah kita paham prioritas kita, buatlah perencanaan hidup dan kegiatan.

Nah, di fase inilah penyakit penundaan sering muncul. Kalau sudah punya rencana, laksanakanlah rencana itu! Jangan ditunda-tunda. Kemudian kalau sudah selesai melakukan satu aktivitas, boleh istirahat sejenak, tapi setelah itu langsung bergerak lagi. Fa idza faraghta fanshab, jika sudah selesai satu urusan kerjakanlah urusan lain, begitu Allah berfirman.

Bagus sekali doa yang diajarkan Rasulullah saw:

Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan, wa a’udzubika minal ‘ajzi wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhli, wa a’udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal.

Ya Allah aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan gelisah, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung pada_mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari dilingkupi hutang dan dominasi manusia.

Mari bekerja!